Kisah Si Sosok Besar

by - 7/10/2019

Sabtu, 29 Juni 2019
        Di Indonesia, malam minggu sering diartikan sebagai malamnya para pasangan, hal ini menjadikan momok bagi para jomblo karena datangnya malam minggu adalah waktu yang dirasa tepat untuk membully para jomblo.

         Terlepas dari hal itu, malam minggu yang merupakan penghujung pekan adlah malam spesialnya orang Indonesia. Tidak hanya bagi mereka para pasangan, tetapi juga bagi keluarga.  Akhir pekan banyak dijadikan waktu untuk quality time dengan teman, sahabat ataupun keluarga. Melepas penat dengan menghabiskan waktu dengan orang-orang terkasih pada akhir pekan dapat memberi suntikan tenaga untuk kembali beraktivitas saat hari sibuk.   Alun-alun kota adalah salah satu tempat yang paling banyak diminati. Tidak jauh berbeda dengan yang lain, alun-alun kota Jember juga menjadi meeting point atau titik kumpul paling ramai saat akhir pekan. Berbagai macam kegiatan bisa dilakukan disana. Tidak heran jika banyak masyarakat yang mencium peluang untuk mencari rejeki di alun-alun. Mulai dari pedagang makanan ringan, tukang kopi keliling, penyewaan becak cinta, sampai maskotnya yakni badut alun-alun.





          Berbicara tentang badut alun-alun, kami mencoba mengulik sedikit kisah dibalik kostum besar nan menggemaskan ini. Bapak Dodik Tri Sulistiawan, 51 tahun adalah salah satu sosok dibalik kostum badut yang lucu itu. Bermula pada tahun 2014, bapak Dodik tertarik oleh ajakan tetangganya yang terinspirasi dari Museum Fatahillah Jakarta, disana ada beberapa usaha masyarakat yang mendapatkan penghasilan dari menjadi badut, usaha tersebut akhirnya diadopsi oleh tetangga bapak Dodik dan merekrutnya untuk menjadi pegawai. Namun, beberapa waktu kemudian kostum tersebut dijual oleh pemiliknya ke luar kota. Harga kostum badut per karakternya terbilang cukup mahal, berkisar antara Rp. 1.500.000-Rp.2.000.000 – an. Hal ini terpaksa membuat bapak Dodik berhenti karena tidak sanggup membeli kostum sendiri. Beruntung pada akhir tahun 2017 teman alumni SMP nya memberikan hadiah berupa kostum badut karakter doraemon, karena mereka tau bahwa menjadi badut adalah sumber penghasilan temannya, tetapi pada akhir tahun terkendala musim penghujan dan pada akhirnya bapak Dodik launching usaha badut dengan kostum miliknya sendiri pada awal tahun 2018.
           Walaupun terlihat selalu bahagia dan menyenangkan dalam balutan kostum besar itu, tetapi ada juga beberapa kendala yang tidak terelakkan, salah satunya adalah hujan yang sering turun tiba-tiba dan tidak terprediksi di kota Jember. Penghasilan yang tidak menentu sudah menjadi hal biasa bagi beliau. Pada hari biasa bapak Dodik dapat memperoleh antara 40-60 ribu perharinya, sedangkan saat hari besar dan akhir pekan ia bisa mendapatkan 70-100 ribu perharinya. Memang cukup menguntungkan, tetapi ini semua tidak luput dari kendala yang lain. Pada awal usahanya dahulu tak jarang bapak Dodik pulang dengan pendapatan 2-5 ribu rupiah bahkan beberapa kali dengan tangan kosong. Sering juga ia mendapat perlakuan pengunjung yang sedikit membuat geram, terkadang para pengunjung mencuri-curi foto tanpa meminta ijin ataupun memberi upah kepadanya, keusilan pengunjung anak-anak di alun-alun yang mungkin terlalu gemas dengan cara mendorong, menarik, dan memukul mukul badut yang sebenarnya dapat membahayakan baik anak-anak tersebut ataupun bapak dodik karena bisa saja ia terjatuh. Bahkan beberpa kali sering dianggap pekerjaan remeh sampai dijahili kumpulan bocah SMP. Maka dari itu tidak jarang bapak Dodik bersikap tegas untuk mengingatkan pengunjung yang usil, terkadang ia pun membawa serta anak, menantu dan cucunya untuk menemani dan mengawasinya.
          Walaupun ada banyak kendala yang dihadapi, tetapi bapak Dodik tetap bersyukur karena dengan menjadi badut alun-alun ia tidak hanya mendapatkan sumber penghasilan yang halal, tetapi juga sumber kebahagiaan bagi orang lain.

You May Also Like

0 Comments